Berikut adalah 7 Modifikasi Unik Tubuh Suku - Suku Di Dunia :
1. Suku Mursi
Suku Mursi atau Murzu
adalah penggembala ternak yang hidup nomaden di Ethiopia dekat dengan
perbatasan Sudan, salah satu daerah di negara itu yang paling
terisolasi. Populasi suku Mursi saat ini diperkirakan 6000 samapai
10.000. Para wanita suku mursi mengenakan piring yang dipakaikan pada
bibir bawah mulutnya.
pemakaian piring ini
adalah sebagai tanda bagi daya tahan, kedewasaan dan kecantikan diantara
wanita suku mursi. Semakin besar dan indah piring yang terselip di
bibir, maka wanita tersebut semakin tinggi staminanya, semakin kaya dan
semakin cantik. Bagaimana mereka makan dengan bibir seperti itu? Yang
jelas di suku ini mungkin tidak mengenal cium bibir.
2. Suku Rikbaktsa
Rikbaktsa adalah
kelompok etnis yang hidup di hutan hujan Amazon Brasil wilayah Mato
Grosso. Mereka juga kadang-kadang disebut Orelhas de Pau (Telinga kayu)
karena kebiasaan pria suku itu memakai kepingan kayu di telinga mereka
agar memanjang. Pemuda
pemuda tanggung Rikbaktsa akan menindik telinga mereka selama perayaan
ritual pada usia 14 atau 15 tahun ketika mereka mampu berburu hewan
besar dan tahu tentang upacara-upacara tradisional.
Ritual ini menandai
transisi pemuda itu menjadi dewasa dan kelayakan untuk menikah dengan
mengganti nama mereka saat kecil menjadi nama dewasa yang baru. Suku
Rikbaktsa saat ini hanya memiliki 909 anggota dan ritual perpanjangan
telinga tidak diikuti lagi di kalangan pria muda.
3. Suku Dayak
Tradisi memanjangkan
telinga dalam mode lain juga dilakukan oleh suku Dayak. Dan yang masih
melakukannya hingga kini adalah suku Dayak Kenyah, Bahau dan Kayan di
Kalimantan Timur. Di kalangan orang Dayak Kenyah, baik laki-laki maupun
perempuan memiliki daun telinga yang sengaja dipanjangkan, akan tetapi
panjangnya antara laki laki dan perempuan berbeda. Kaum laki-laki tidak
boleh memanjangkan telinganya sampai melebihi bahunya, sedang kaum
perempuan boleh memanjangkannya hingga sebatas dada.
Proses penindikan daun
telinga ini sendiri dimulai sejak masa kanak-kanak, yaitu sejak berusia
satu tahun. Kemudian setiap tahunnya mereka menambahkan satu buah anting
atau subang perak. Anting atau subang perak yang dipakai pun
berbeda-beda, gaya anting yang berbeda-beda ini menunjukkan perbedaan
status dan jenis kelamin. Seperti misalnya kaum bangsawan memiliki gaya
anting sendiri yang tidak boleh dipakai oleh orang-orang biasa.
Sedangkan menurut
penduduk Dayak Kenyah, pemanjangan daun telinga di kalangan masyarakat
Dayak secara tradisional berfungsi sebagai penanda identitas kemanusiaan
mereka. Di Abad
21 ini sudah sedikit masarakat Dayak yang masih memiliki daun telinga
yang panjang, itupun kebanyakan para manula yang berusia di atas 60
tahun.
4. Suku Apatani
Arunachal Pradesh, salah
satu dari Seven Sister, di timur laut India yang adalah daerah
terpencil namun kaya akan budaya budaya suku. Tradisi tradisi disana
masih melekat dalam kehidupan sehari-hari saat ini. Salah satu suku yang
paling menarik adalah Apatani. Suku Apatani tinggal di lembah Ziro di negara bagian Arunachal Pradesh di India timur laut.
Wanita-wanita suku
Apatani dianggap adalah wanita-wanita paling cantik di antara suku
Arunachal. Sampai begitu cantiknya, sehingga mereka harus membuat diri
mereka terlihat tidak menarik sebagai perlindungan dari suku suku lain
yang memperebutkan mereka. Oleh karena itu, wanita Apatani memakai
colokan kayu besar di hidung mereka, namun tradisi ini tidak lagi
dilakukan oleh generasi muda mereka. Saat ini suku apatani berjumlah
sekitar 26.000.
5. Suku Kayan
Suku Kayan adalah etnis
Tibet-Burman yang minoritas di Myanmar dan terkenal dengan kumparan
kuningan yang perempuan suku tersebut pakai di leher mereka,
memperpanjang mereka untuk proporsi yang tidak biasa. Karena konflik
dengan rezim militer, suku Kayan banyak meninggalkan Myanmar di akhir
1980-an dan awal 1990-an dan hijrah ke Thailand, di mana leher panjang
perempuan Kayan telah menjadi obyek wisata.
Kumparan/Gelang kuningan
ditempatkan di sekitar leher anak perempuan ketika mereka berusia
sekitar lima tahun. Setiap kumparan kemudian diganti dengan yang lebih
panjang. Leher sebenarnya tidak diperpanjang, namun lebih karena berat
kumparan kuningan mendorong tulang selangka turun dan menekan tulang
rusuk. Setelah dipakaikan di leher, kumparan tidak akan dilepas kecuali
jika tiba saatnya untuk menggantinya dengan yang lebih panjang
Ketika ditanya tentang
tujuan atau keuntungan dari modifikasi tubuh seperti itu, jawaban wanita
Kayan akan mengacu pada alasan identitas budaya dan kecantikan. Para
antropolog telah lama berspekulasi tentang tujuan yang tepat dari
kumparan kuningan ini. Dan muncullah teori teori mereka mengenai tujuan
adat pemakaian kumparan kuningan ini :
- agar lebih menarik
- agar tidak menarik
- agar mencegah harimau untuk menerkam
- agar melambangkan naga (figur penting dari cerita rakyat Kayan)
Dalam beberapa tahun terakhir, perempuan muda sudah mulai mengeluarkan gulungan.
6. Suku Bagobo
Meruncingkan gigi adalah
bentuk modifikasi tubuh yang sangat menyakitkan dimana perempuan dari
beberapa suku di Asia Selatan telah melakukannya selama bertahun-tahun.
Hal hal seperti ini dianggap yang paling utama saat dianggap sebagai
kecantikan. Para wanita suku Bagobo di Mindanao, pulau paling timur
Filipina, harus menghabiskan banyak waktunya untuk meruncingkan giginya
dengan cara dipahat dengan bambu dan kayu.
7. Suku Mentawai
Suku Mentawai adalah
penghuni asli Kepulauan Mentawai. Sebagaimana suku Nias dan suku
Enggano, mereka adalah pendukung budaya Proto-Melayu yang menetap di
Kepulauan Nusantara sebelah barat. Daerah hunian warga Mentawai, selain
di Mentawai juga di Kepulauan Pagai Utara dan Pagai Selatan. Suku ini
dikenal sebagai peramu dan ketika pertama kali dipelajari belum mengenal
bercocok tanam. Tradisi yang khas adalah penggunaan tato di sekujur
tubuh, yang terkait dengan peran dan status sosial penggunanya.Pakaian utama untuk pria adalah cawat dan mereka dihiasi dengan kalung dan bunga di rambut dan telinga mereka.
Wanita memakai hal yang
sama kecuali mereka mengenakan sepotong kain yang dililitkan di sekitar
pinggang. Wanita mengenakan rompi kecil dan mereka mempertajam gigi
dengan sebuah alat pahat untuk alasan estetika yaitu membuat gigi
terlihat seperti ikan hiu. Tato dilakukan dengan jarum dan kayu yang
menggedor jarum. Laki-laki
berburu babi hutan, rusa dan primata. Perempuan dan anak-anak
mengumpulkan ubi liar dan makanan dari hutan lainnya. Hewan-hewan kecil
yang diburu oleh wanita. Suku Mentawai memelihara babi, anjing, monyet
dan kadang-kadang ayam sebagai hewan peliharaan.
Sumber : terselubung.in
Tidak ada komentar:
Posting Komentar